Jumat, 12 Oktober 2012

Si Cacing

Ada sepenggal cerita indah mengenai dua bhikkhu yang tinggal bersama dalam sebuah biara selama bertahun-tahun; mereka adalah teman baik. Kemudian mereka meninggal dunia. Setelah menginggal dunia salah satu dari mereka lahir kembali di alam surga, bhikkhu yang lain lahir kembali sebagai cacing dalam tumpukan kotoran. Yang berada di alam surga itu bersenang-senang, menikmati semua kesenangan surgawi. Tetapi ia mulai berpikir tentang temannya, "Aku ingin tahu di mana sahabat lama saya berada sekarang?"

Jadi ia memindai semua alam surga, tapi tidak bisa menemukan jejak temannya. Kemudian ia mengamati alam manusia, tetapi ia tidak bisa melihat jejak teman di sana. Jadi dia melihat ke dalam dunia hewan dan kemudian serangga. Akhirnya dia menemukannya, temannya dilahirkan kembali sebagai cacing dalam tumpukan kotoran ...

Wah Dia berpikir: "Aku akan membantu teman saya. Aku akan pergi ke sana ke tumpukan kotoran dan membawanya ke alam surgawi sehingga ia juga bisa menikmati kenikmatan surgawi dan kebahagiaan hidup di alam indah ini."

Jadi dia pergi ke tumpukan kotoran dan memanggil temannya. Dan cacing kecil merayap keluar dan berkata: "Siapa kau?"

"Saya teman Anda. Kita pernah menjadi biarawan bersama di kehidupan sebelumnya, dan Aku datang untuk membawa Anda ke alam surga di mana kehidupan itu indah dan bahagia."

Tetapi si cacing berkata: "Pergilah, pergi sana!"

"Tapi saya teman Anda, dan aku tinggal di alam surga," dan ia menggambarkan keindahan alam surga kepadanya. Tetapi cacing berkata: "Tidak terima kasih, saya sangat bahagia di sini di tumpukan kotoran. Harap pergi."

Kemudian dewa tersebut berpikir: "Yah kalau aku bisa menangkapnya dan membawanya ke alam surga, ia akan bisa melihat sendiri keindahan dan kebahagiaan di alam surga."

Jadi ia memegang si cacing dan mulai menarik-narik; dan semakin keras ia menarik, semakin keras si cacing melekat di tumpukan kotorannya.
Apakah Anda mendapatkan moral dari cerita ini? Berapa banyak dari kita yang melekat pada tumpukan kotoran kita?

Terkadang kita terlalu melekat terhadap hal-hal di dunia ini, sehingga batin kita pun menjadi tertutup oleh hal-hal duniawi. Hal ini membuat kita masuk dan terperosok ke dalam zona nyaman dan tidak mau keluar, membuat kita menjadi malas dan tidak berkembang. Seperti halnya si cacing, ia diajak untuk memiliki hidup yang lebih baik dari pada di dalam tumpukaan kotoran, tetapi bagi dia tumpukan kotoran itu adalah hal yang paling baik yang ia punya dan ia tidak ingin meninggalkannya.

Dalam agama Buddha terdapat ajaran mengenai Karma, dan tiap-tiap orang memiliki karma nya masing-masing yang berbeda-beda. Terkadang ajaran baik maupun hal baik sudah ada di depan mata, namun karena karma yang tidak cukup maka kita tidak dapat melihatnya (mata batin kotor). Oleh sebab itu sangat beruntung sekali orang-orang yang dapat mendengarkan Dharma, karena masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak dapat mendengarkan Dharma padahal ingin mendengarkan karena jodoh karmanya dimasa lalu tidak mencukupi.

Anonim disunting by MJ

1 komentar:

  1. ini yang dari Khotbah Suhu di Vihara kan :D emang bagus tuh khotbah XD

    BalasHapus