Jumat, 16 Juni 2017

Kesepian VS Kesendirian

Just

HELLO GUYS!
:)

Lama tidak mencurahkan rasa pada sebuah tulisan, kali ini aku mau mencoba buat bahas kesepian dan kesendirian.

Well, aku mikir di zaman sekarang ini apa kalian masih bisa punya tempat untuk sendirian? Apa kalian masih bisa merasa kesepian? Karena dengan kemajuan zaman dengan teknologinya jarak jauh dan waktu seakan bukan lagi halangan untuk bisa berkomunikasi dengan sesama. Apa kalian justru merindukan keheningan di zaman serba cepat ini?

Semua terasa ramai baik dengan orang maupun 'alat'. Aku hanya berfikir apa kalian juga merindukan masa-masa tenang untuk sesaat? Apa kalian merasa bersama dalam setiap keramaian?
Ataukah kalian seperti aku? Merasa sendiri di dalam hingar bingar yang tak aku mengerti dan tak dapat aku rasakan dimana jiwanya.

Aku disana, berdiri, bercengkrama, bahkan mungkin tertawa. Sesaat aku merasa iya aku disana, lalu sekejap aku merasa hilang dari peradaban. Aku tidak merasa menyatu dengan semua suara, aku merasa tidak mampu mendengar lagi mana suara yang berasal dari diriku sendiri. Apa ini namanya? Apa yang aku rasakan?

Sendirikah? Apa ia aku sendirian? Apa iya aku lebih mengharapkan untuk menjadi sendiri, sering kali aku pikirkan lagi dan lagi, apa aku ingin sendiri, selalu sendiri? Lalu aku selalu kembali pada kesimpulan yang sama, aku tidak sendirian, disini ramai dan begitu banyak orang, tapi aku merasa hatiku tidak dapat melihat hatinya. Bagaimana cara kita berkomunikasi, kita bercakap, kita tertawa, tapi aku tidak merasa hangat akan kehadirannya.

Apakah aku akan memilih untuk selalu sendirian? Aku berpikir setiap saat aku merasa aku ingin sendiri, tapi apa yang aku dapat adalah sesungguhnya aku tidak berharap aku selalu sendirian, aku hanya merasa dimana hatiku berada, seakan-akan ia selalu tertinggal jauh dibelakang, tak dilihat, tak diajak, tak merasa. Aku tidak merasa bahwa dunia ini sepi atau aku akan menjadi sendiri, tapi hati ini selalu merasa bahwa ia tidak memiliki siapapun dan apapun untuk digenggam dan dipercaya selain aku sendiri.

Lalu ia akan menjadi selalu sedih dan merasa sendiri ataupun ditinggalkan saat aku sibuk dengan segala urusan entah itu penting ataupun tidak. Ia selalu menunggu aku pulang, ingin berbincang, ingin bermanja-manja, ia takut pada keramaian, ia takut untuk keluar pada peradaban zaman.

Apakah aku merasa ia bersalah? Apakah aku merasa ia manja? Aku rasa tidak, ia disana, selalu ada untukku, selalu jujur terhadapku, selalu jujur akan apa yang ia rasakan, tapi terkadang ia aku bungkam, ia aku suruh diam, ia aku suruh menjaga sikap, ia aku suruh untuk selalu kuat dan tegar, ia aku suruh menahan diri, lagi, lagi, dan lagi.

Setiap hari seakan-akan ia aku lupakan, seakan-akan ia aku pojokan, seakan-akan ia tak memiliki hak untuk jujur dan bersuara. Ia aku bungkam, ia aku tekan, ia sendirian, ia hanya menanti aku pulang, ia hanya ingin jujur, ia hanya ingin pelukan.

Ia terlalu mudah percaya? Ia terlalu muda atau  mungkin kekanak-kanakan? Ataukah ia hanya terlalu lemah terlihat bagi kalian? Tapi tidak buatku. Ia sebenarnya yang selalu berani, tulus lalu dikecewakan, percaya, terlalu percaya mungkin, dan semua hanya menjadi khayalan semata. Lalu ia sekarang yang menjadi tertutup tidak ingin percaya dan hanya ingin berada jauh didalam diriku tanpa ingin keluar. Mungkin ia paham saat ia keluar, percaya, yakin dan selanjutnya ia akan berharap rasa itu selalu bisa ia dapatkan, tapi kehilangan selalu sama menyedihkannya. Atau mungkin ia terlalu banyak diam-diam mendengarkan, diam-diam mengikuti semua berita mengerikan di dunia ini, dimana percaya lalu dikhianati.

Ia yang selalu menunggu kepulanganku, waktu santaiku, untuk berbincang dan mengungkapkan dirinya, tapi apa aku? Apa dayaku? yang selalu hadir dimalam hari dengan sisa-sisa tenaga dan hanya ingin tidur tanpa memperhatikannya, yang setiap libur terlalu sibuk pada segala kebahagiaan dan kesenangan yang terasa. Lalu apa? Lagi-lagi aku melupakannya, menyuruhnya menunggu diam, jangan manja, kamu harus kuat dan mampu. Lagi.

Apakah aku disini sendirian?
Apakah ada orang lain diluar sana yang juga merasakan hal yang sama?

Kita berada pada tempat yang ramai, mewah, meriah. Dalam keramaian saling berbicara saling membalas sapa bahkan saling tertawa, tapi aku tak tahu dimana hatimu aku tidak mampu merasakan dimana suara hatiku. Lalu apakah harus ditempat sepi aku baru mampu merasakan suara diriku sendiri?

Kau tahu? Saat ini ia sedang diam didalamku berkata "aku merasa seperti orang yang tidak bersyukur, seperti orang yang manja dan pengeluh luar biasa dengan berkata ini, mungkin seharusnya aku diam saja. Maafkan aku."

Ia merasa ramai, suara dimana-mana, tapi ia hanya sendirian. Apakah aku melupakannya? Apakah aku menutup dirinya? Atau itu adalah hakiki diriku yang sebenarnya?

Salam,
Aku yang merasa memiliki dua jiwa.
16 Juni 2017
Jakarta yang masih tetap terik meski tidak seperti biasanya, karena cuaca pun tak menentu adanya.

:)

Hope you like it and enjoy guys.
.
.
.
So, Bye! See ya Guys.