Rabu, 31 Juli 2013

Profesional yang Tidak Lupa Diri

Seorang ahli ukir (A) mendapat perintah dari penguasa setempat ntuk membuat rupang Buddha dari batu setinggi 6 meter untuk dijadikan tugu perbatasan kota. A merasa senang dan bangga mendapat tugas ini. Ia bersama teamnya bekerja dengan tekun selama 2 tahun.

Seminggu sebelum peresmian penguasa beserta pejabat lainnya mengadakan peninjauan lapangan. Penguasa berkata, “Bagus, hanya saja hidungnya kurang turun dan harus diperbaiki.” A tersenyum dan mengangguk. Ia naik ke atas menuju hidung rupang Buddha terseut. Dari bawah tampak bubuk-bubuk batu bertebaran. Tidak lama kemudian ia turun. Penguasa berkata dengan kagum, “Luar biasa bagus. Engkau mengikuti petunjukku, rupang ini menjadi luar biasa.”

Peresmian berjalan dengan lancar dan bai,. Penguasa bangga sekali, dalam kata sambutan ia mengatakan bahwa seminggu yang lalu rupang ini kurang bagus. Mendengar hal itu A hanya tersenyum, karena pada kenyataannya tidak ada bagian dari rupang Buddha itu yang diubahnya. Ia naik ke atas dengan membawa bubuk batu, dan perlahan-lahan bubuk batu itu dibuang ke bawah.

Teman-teman se-Dharma, Anda mungkin pernah pula mengalami kondisi seperti A. Meskipun Anda ahli, ketika mendapat teguran dari pimpinan, Anda tidak perlu lupa diri dan berdebat, juga tidak perlu terpengaruh. Dapat dibayangkan, bila saat itu A melawan penguasa dihadapan banyak orang, tentu penguasa akan tersinggung dan tidak senang, suasana akan menjadi tidak enak, urusan menjadi tidak berhasil dengan baik. Karya manusia yang utama adalah hasil yang optimal, bukan? Tentu cara mendapatkannya tidak boleh jaha. Apakah dengan demikian A telah berbohong? Yang tahu hanya ia dan karmanya.

Buddha mengajarkan untuk melenyapkan avidya/kebodohan. Hidup itu nyata, ada yang menentukan dan ada yang ditentukan. Orang yang ingin sukses, ia haus pandai memahami situasi dan kondisi yang dihadapi: menghadapi situasi yang tidak menyenangkan tidak mengumar emosi, tidak jahat dan tidak bertindak yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Bertindaklah yang cerdas dalam situasi apapun, jadikanlah Buddha Dharma sebagai pelita hidupmu. Omitofo.

Sumber : Pencerahan Batin

Karya : Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira