Rabu, 24 Oktober 2012

Kisah Penebang Kayu

Alkisah ada seorang penebang kayu yang sangat kuat melamar pekerjaan kepada seorang pedagang kayu. Ia beruntung karena diterima bekerja. Selain itu, ia mendapatkan posisi dan gaji yang memuaskan. Karenanya, sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja dengan optimal.

Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama, sang penebang kayu berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, "Bagus, bekerjalah seperti itu."

Penebang kayu semakin termotivasi karena mendapatkan pujian dari majikannya. Pada keesokan harinya, ia kembali bekerja dengan keras, tetapi ia hanya berhasil menebang 15 batang pohon. Pada hari ketiga, ia hanya berhasil menebang 10 pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang dirobohkan semakin sedikit.

"Aku mungkin telah kehilangan kekuatan," pikir si penebang kayu itu.

Kemudian penebang kayu menemui majikannya dan meminta maaf kepadanya. Tanpa ditanya, ia mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apa yang menyebabkan kinerjanya menurun dilihat dari jumlah pohon yang berhasil ditebangnya.

"Kapan terakhir kali engkau mengasah kapak mu?" tanya sang majikan.

"Mengasah? Saya tidak pernah punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk menebang pohon." jawabnya.

Sumber: Super Teen  
Oleh: Malahayati, S.Psi

Dari kisah tersebut dapat kita ketahui bahwa bukan kekuatan sang penebang pohon yang mulai melemah tetapi kemampuan kapaknya yang mulai tumpul dan tidak setajam dulu.

Kita semua juga seperti itu, membutuhkan waktu untuk berpikir, merenung, belajar, bertumbuh, dan merefleksikan diri. Kalau tidak mempunyai waktu untuk mengasah "kapak" kita, maka kita akan kehilangan efektivitas kita.

Jadi, sesemangat apapun kita tetap perlu istirahat sejenak dan keluar dari rutinitas harian kita untuk sekedar beristirahat sejenak dan melakukan hal yang kita sukai agar kemampuan pikiran kita dapat kembali seperti semula.

Enjoy your day ~.~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar