Sabtu, 17 Agustus 2013

Perbuatan Baik Pasti Berguna - Memulangkan Dompet, Membawa Pahala yang Tak Terduga


Apa yang Anda lakukan apabila menemukan dompet orang lain? Bila didalamnya terdapat identitas, kita bisa menghubungi pemilik dompet, atau menyerahkan kepada pihak yang berwajib.

Dan hal apa yang kita lakukan apabila kehilangan dompet, kita pasti datang lagi ke tempat yang sekiranya tadi kita lewati, berharap mendapatkan kembali dompet kita yang hilang.

Dikisahkan pada dinasti Ming dimasa Jiajing, di kota Jiangsu Wujiang ada seorang pria yang bernama Si Fu dan istrinya. Pasangan suami-istri ini mempunyai dua mesin pembuat kain sutra, sehingga mereka mengandalkan mesin ini sebagai pendapatan mereka. 

Pada suatu hari Si Fu dalam perjalanan pulang setelah menjual sutra, ditengah perjalanan dia menemukan sebuah dompet kecil yang didalamnya hanya ada sedikit uang. Didalam hatinya dia berpikir, “Uang ini pasti milik pengusaha kecil dan seluruh keluarganya pasti mengandalkan uang ini, jika uang ini hilang pasti mereka akan menderita.”

Oleh sebab itu dia berhenti ditempat ini untuk menunggu pemiliknya datang mencari, setelah seharian menunggu dan menahan lapar akhirnya pemiliknya datang. Pemiliknya adalah seorang pemuda, setelah menyelidiki dan memastikan dompet tersebut miliknya Si Fu mengembalikan kepadanya. 

Pemuda ini sangat berterima kasih, sehingga dia mengambil separuh dari uang tersebut untuk diberikan kepada Si Fu sebagai imbalan. Tapi Si Fu menolak menerima uang itu, pemuda itu lalu memberi buah dan mengundang Si Fu untuk makan, tetapi Si Fu tetap menolaknya. Setelah mengucapkan terima kasih, tanpa menyebut namanya Si Fu pun pergi. 

Setelah sampai di rumah dia menceritakan hal ini kepada istrinya, istrinya berkata, “Sungguh suatu perbuatan terpuji.” Suami istri ini bukan bahagia mendapatkan dompet itu, tapi merasa bergembira karena dapat mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya.

Sejak saat itu, Si Fu setiap tahun memelihara ulat sutra selalu mendapatkan untung, tetapi pada suatu tahun di kota mereka tidak ada daun murbei untuk makan ulat sutranya. Beberapa penduduk kota mereka berunding untuk naik perahu, menyeberangi danau ke kota lain untuk membeli daun murbei. 

Ketika mereka sedang berada dalam perahu dan belum sampai ke tempat tujuan, hari telah mulai gelap. Mereka lalu mencari pantai terdekat untuk berhenti dan memasak makan malam. Si Fu naik ke daratan untuk mencari kayu bakar, dalam perjalanannya dia bertemu dengan pemuda yang dahulu kehilangan dompetnya. 

Pemuda yang bernama Zhu En itu memanggil Si Fu, mereka berdua lalu mengobrol. Si Fu berkata, “Karena kami kekurangan daun Murbei, maka harus pergi mencari ke kota lain.” 

Zhu En berkata, “Daun murbei di taman saya sangat banyak, tidak habis dipakai sendiri, jika Anda mau ambil saja, murbei ini sepertinya memang tumbuh untuk Anda. Dan pertemuan kita berdua juga memang sudah takdir.” Mereka berdua akhirnya seperti dua bersaudara.

Istri Zhu En menyediakan makan malam untuk menjamu penolong mereka, dia bermaksud untuk memotong ayam sebagai lauk, tetapi Si Fu berkata, “Makan sayur saja sudah cukup, jangan membunuh ayam tersebut !” Si Fu melarang istri Zhu En memotong ayam.

Zhu En menyiapkan tempat tidur bagi Si Fu bermalam dengan membuka pintu rumahnya sebagai papan tempat tidur dengan disanggah oleh dua buah kursi. Pada malam hari, tiba-tiba Si Fu mendengar suara ayam yang menjerit. Oleh sebab itu dia bergegas bangun untuk melihat apa yang terjadi, begitu dia bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar dia mendengar suara yang sangat keras, seperti suara benda keras yang terjatuh. 

Zhu En terbangun mendengar suara keras itu, dia bergegas memasang lampu dan dia melihat pintu yang dibuat tempat tidur untuk Si Fu telah hancur, kursi berserakan, rupanya ada lemari besar tua setinggi langit-langit yang ternyata kakinya rapuh jatuh menimpa tempat tidur tersebut.

Si Fu menyuruh mereka jangan memotong ayam tersebut, akhirnya ayam tersebut yang membalas budi untuk menyelamatkan nyawanya.

Sejak saat itu, Si Fu dan istrinya semakin giat membantu orang lain dan beramal, perbuatan apa saja yang bisa membantu orang lain pasti mereka lakukan. Tidak sampai 10 tahun usaha mereka semakin maju, mereka semakin kaya dan semakin banyak membantu orang lain.

Rabu, 31 Juli 2013

Profesional yang Tidak Lupa Diri

Seorang ahli ukir (A) mendapat perintah dari penguasa setempat ntuk membuat rupang Buddha dari batu setinggi 6 meter untuk dijadikan tugu perbatasan kota. A merasa senang dan bangga mendapat tugas ini. Ia bersama teamnya bekerja dengan tekun selama 2 tahun.

Seminggu sebelum peresmian penguasa beserta pejabat lainnya mengadakan peninjauan lapangan. Penguasa berkata, “Bagus, hanya saja hidungnya kurang turun dan harus diperbaiki.” A tersenyum dan mengangguk. Ia naik ke atas menuju hidung rupang Buddha terseut. Dari bawah tampak bubuk-bubuk batu bertebaran. Tidak lama kemudian ia turun. Penguasa berkata dengan kagum, “Luar biasa bagus. Engkau mengikuti petunjukku, rupang ini menjadi luar biasa.”

Peresmian berjalan dengan lancar dan bai,. Penguasa bangga sekali, dalam kata sambutan ia mengatakan bahwa seminggu yang lalu rupang ini kurang bagus. Mendengar hal itu A hanya tersenyum, karena pada kenyataannya tidak ada bagian dari rupang Buddha itu yang diubahnya. Ia naik ke atas dengan membawa bubuk batu, dan perlahan-lahan bubuk batu itu dibuang ke bawah.

Teman-teman se-Dharma, Anda mungkin pernah pula mengalami kondisi seperti A. Meskipun Anda ahli, ketika mendapat teguran dari pimpinan, Anda tidak perlu lupa diri dan berdebat, juga tidak perlu terpengaruh. Dapat dibayangkan, bila saat itu A melawan penguasa dihadapan banyak orang, tentu penguasa akan tersinggung dan tidak senang, suasana akan menjadi tidak enak, urusan menjadi tidak berhasil dengan baik. Karya manusia yang utama adalah hasil yang optimal, bukan? Tentu cara mendapatkannya tidak boleh jaha. Apakah dengan demikian A telah berbohong? Yang tahu hanya ia dan karmanya.

Buddha mengajarkan untuk melenyapkan avidya/kebodohan. Hidup itu nyata, ada yang menentukan dan ada yang ditentukan. Orang yang ingin sukses, ia haus pandai memahami situasi dan kondisi yang dihadapi: menghadapi situasi yang tidak menyenangkan tidak mengumar emosi, tidak jahat dan tidak bertindak yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Bertindaklah yang cerdas dalam situasi apapun, jadikanlah Buddha Dharma sebagai pelita hidupmu. Omitofo.

Sumber : Pencerahan Batin

Karya : Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira

Jumat, 14 Juni 2013

Memberi Lebih Dulu


Seorang pria paruh baya mempunyai sebuah toko makanan ternak yang tidak begitu laku. Makin hari makin sedikit orang-orang yang membeli makanan ternak

Dalam keputusasaanya, pria tersebut mendapat ide gila yaitu menginvestasikan 50 dolar (uang yang cukup banyak pada zaman itu) untuk membeli 1000 ekor anak ayam. Para tetangganya langsung mengejek dan menganggap pria itu gila. Jual makanan ayam saja tidak bisa, apalagi jual anak ayam. Mereka lebih heran lagi ketika tahu bahwa pria ini tidak menjual anak ayam tersebut. Sebaliknya ia memberikan anak-anak ayam tersebut secara GRATIS kepada pembeli makanan ternaknya.

Benar-benar Gila! mereka berpikir, tokonya mau bangkrut, malah beli banyak anak ayam, lalu membagi-bagikan anak ayam tersebut secara gratis. Mana ada pebisnis waras yang melakukan hal seperti itu? Nyatanya, setelah ada program gratis anak ayam tersebut, mulai banyak orang membeli ditokonya.

Semakin hari ternyata tokonya semakin laris saja. Setelah diselidiki ternyata pembeli yang menerima anak ayam gratis itu kembali lagi. mengapa bisa demikian? Tentu saja mereka beli makanan ayam untuk anak ayam gratisan itu.

Apa pesan moral dari cerita tersebut diatas ?

Jangan pernah takut untuk memberi karena memberi adalah langkah pertama untuk kita menerima. Sayangnya banyak orang selalu berpikir yang sebaliknya menerima dulu, baru berpikir untuk memberi. Ini yang membuat kita tidak mengalami terobosan apa-apa dalam hidup ini.

Mana ada petani yang mengharapkan untuk menuai padahal ia tdk pernah menabur sebelumnya? Selama ada kesempatan, jadilah orang yang murah hati, beri kebaikan, beri perhatian, beri, dan beri. Jangan hanya Beri jika ada keuntungan saja untuk kita. Ingatlah bahwa hidup ini seperti Gema. Apa yang kita keluarkan akan kembali lagi kepada kita. Apa yang kita berikan akan kita dapatkan kembali, bahkan berkali kali lipat dari apa yang kita berikan.

Mari selalu melakukan kebaikan, jauhkan rasa iri hati, menabur yg baik tentu akan menuai kebaikan. Selamat memberi !

Sumber : Sumber - SL.Book

Hargai yang Kau Miliki

Hallo pembaca semua :)

Sudah lama sepertinya saya tidak mengepost tulisan di blog ini di karenakan berbagai kegiatan sehari-hari lengkap dengan segala permasalahannya yang mewarnai kehidupan ini. Beberapa hari yang lalu sempat jatuh sakit juga dan aku baru sadar kalau sehat itu emang segalanya. Sebab saat sakit mau mengerjakan apapun pasti gak semangat dan malas. Coba bayangkan kegiatan sehari-hari tanpa sakit aja sudah malas ditambah sakit rasanya jadi tambah malas.

Setidaknya saat sehat kita bisa melewati semua kegiatan sehari-hari kita dengan perasaan yang lebih nyaman, gak lemes terus bawaannya. Apalagi kalau kita bisa bersyukur atas apa yang ada segala sesuatu bisa terasa jauh lebih baik lagi. Walau gak mudah memang untuk selalu melihat dari sisi yang baik saja. Lagi pula saat sakit mungkin kita memang sudah terlalu lelah dan perlu sedikit memelankan langkah kita sejenak untuk beristirahat sekaligus mereview apa yang sudah kita kerjakan.

So kawan-kawan semua harus jaga kesehatan apalagi di musim yang berubah-ubah dan gak menentu ini.

Ayooo semangat lagi semangat-semangat :)

Aku tahu aku sendiri juga gak selalu semangat mungkin kadang ada yang mikir, sok banget sih aku ini kayak ngajar-ngajarin orang, tapi gak gitu kok maksudnya. Aku bilang semangat soalnya kan kalau kita semangatin orang lain kita sendiri harus semangat juga jadi aku bisa ikutan semangat. Hanya ingin sama-sama belajar dan berusaha menjadi lebih baik di setiap hari yang telah kita lewati.

Semangat selalu. 

^^

Jumat, 24 Mei 2013

Semua Ingin Bahagia



Memang ada perbedaan antara seseorang dengan orang lain. Beda adat, beda strata social, beda agama, beda keturunan, dan sebagainya. Dan perbedaan itu kadang-kadang dijadikan “peluru” untuk bertengkar. Sesungguhnya perbedaan itu tidak mendasar, karena yang melihat perbedaan itu hanyalah mata daging kita ini. Tetapi bila kita melihat dengan mata hati, melihat dengan pegetahuan yang mendalam, justru perbedaan itu tidak mempunyai alasan yang kuat.

Di antara mereka yang  berbeda agama, berbeda kepercayaan, bahkan mungkin yang merasa tidak mempunyai agama, semuanya tidak ada yang ingin menderita, semua ingin hidup bahagia, ingin mencapai kehidupan yang lebih baik. Bukankah demikian? Siapa pun yang berkelebihan atau berkekurangan, beragama A atau beragama B, siapakah diantaranya yang ingin menderita? Semua menolak penderitaan dan menginginkan hidup yang lebih baik.

Bahkan bila kita berpikir lebih luas, binatang-binatang sekalipun tidak ingin menderita. Binatang-binatang juga ingin menghindari penderitaan dan mencari hidup yang enak. Hanya saja beda antara manusia dengan binatang: binatang mencari hidup yang enak dengan sederhana, sedangkan manusia bisa mencari hidup yang lebih baik, lebih bahagia, lebih berkualitas, dan lebih berharga dengan jangkauan lebih luas.
 
Sumber : Bersahabat Dengan Kehidupan – Memaknai Dengan Kearifan
Oleh : Bhikkhu Sri Pannyavaro


Selasa, 09 April 2013

Berani Mencoba


Alkisah, adalah seorang pembuat jam yang berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.

“Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak kurang lebih 31,104,000 kali selama satu tahun?”

“HA?”, kata jam terperanjat. “Mana saya sanggup?”

“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?”

“Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?”

“Dalam satu jam harus berdetak sebanyak 3,600 kali? Banyak sekali itu,” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuannya sendiri.

Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kemudian berbicara kepada jam, “Kalau begitu, sanggupkah kau berdetak satu kali setiap detiknya?”

“Naaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

Demikianlah, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu. Dan sungguh luar biasa, jam itu ternyata mampu berdetak tanpa henti selama satu tahun penuh. Itu berarti, ia telah berdetak sebanyak lebih dari 31.104.000 kali.

Renungan:

Ada kalanya kita merasa ragu dengan segala tugas pekerjaan yang terasa begitu berat. Namun, jika sudah dijalankan, kita baru akan menyadari bahwa kita ternyata mampu untuk mengerjakannya. Bahkan untuk pekerjaan yang semula kita anggap mustahil untuk dapat diselesaikan sekalipun. Maka, jangan berkata “tidak”, sebelum Anda mencobanya.

Ada yang mengukur hidup dari hari dan tahun yang telah dilewatinya, dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi, ukuran sejati kehidupan di bawah mentari ini adalah apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan ini untuk orang lain.

“Jangan mengaanggap diri sendiri tidak memiliki kekuatan, tidak memiliki kemampuan. Karena kita tidak dapat mengetahui hal tersembunyi apa yang sesungguhnya kita miliki.”

Terkadang sering kali kita merasa hal tersebut mustahil untuk dilakukan, namun nyatanya setelah hal tersebut kita lakukan, kita bahkan tidak menyadari bahwa sudah begitu banyak waktu yang terlewat dan ternyata kita mampu untuk melakukannya dengan baik. Banyak kata-kata motivasi yang mengatakan “Jangan menilai orang lain dari luarnya,” mungkin sekarang ini kata-kata tersebut harus ditambahkan menjadi “Jangan menilai orang lain dan diri sendiri dari luarnya saja.” Karena kita tidak akan pernah tahu isi suatu kado sebelum membukannya, begitu pula halnya dengan manusia, kita tidak akan tahu kekuatan apa yang ada didalam diri seseorang sebelum menggalinya dengan lebih seksama.

Untuk membentuk sesuatu hal tentunya diperlukan proses yang berbeda-beda tergantung dari hal yang ingin dibuat tersebut apakah memiliki tingkat kesulitan yang tinggi ataukah tidak, dan dalam proses membuatnya tentu diperlukan waktu yang tidaklah singkat. Kita hanya perlu tekun untuk menggeluti hal yang sedang kita kerjakan, sampai membuahkan hasil.

Sumber : Hadiah Terindah - Dessy Danarti
Sunting by : Vimala Sari

Anak Kerang


Pada suatu hari, seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh kepada ibunya sebab sebutir pasir yang tajam memasui tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan sebuah tangan pun pada kita bangsa kerang sehingga ibu tak bisa menolongmu. Rasanya pasti sakit sekali, ibu tahu itu anakku. Termalah itu sebagai takdir alam.”

“Kuatkan hatimu. Kerahkan semangatmu untuk melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat.” Kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat ibunya. Memang ada hasilnya, tetapi rasa sakitnya masih amat terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya dan merasa semua yang ia lakukan akan sia-sia. Tapi ia tetap melakukannya dengan tekun.

Dengan bercucuran air mata, ia berusaha bertahan, betahun-tahun lamanya. Tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Semakin lama semakin halus. Rasa sakit pun semakin berkurang. Mutiara semakin besar. Rasa sakit pun menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya, sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar yang utuh, mengilap, dan berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi sebuah mutiara yang sangat elok.

Air matanya berubah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Kini, sebagai hasil dari penderitaannya selama bertahun-tahun, dirinya lebih berharga daripada sejuta karang lain yang hanya disantap sebagai kerang rebus atau goreng di tempat makan.

Renungan:

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk mengubah “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Oleh karena itu, dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang yang luar biasa”.

Mungkin saat ini Anda sedang mengalamai penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka. Cobalah untuk tetap tersenyum dan katakan hal ini di dalam hatimu, “Air mata dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi lebih berharga, seperti mutiara yang terbentuk melalui proses yang panjang dan menyakitkan. Segala hal yang indah tidak dimulai dan tidak terbentuk secara mudah, semua memerlukan proses yang panjang dan beliku yang terkadang menyakitkan. Namun, hal itulah yang membentuk diri kita untuk menjadi pribadi yang kuat pada akhirnya. Hanya orang yang dapat bertahan sampai akhirnya yang akan mengetahui keindahan dari segala kesulitan dan penderitaan yang telah dilaluinya. Karena segala proses itu memerlukan waktu, maka yang kita butuhkan adalah ketekunan dan kesabaran untuk terus melakukan proses tersebut sampai terlihat hasilnya, dah itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi hal sutil bukan berarti tidak mungkin, hal sulit hanya berarti kita perlu waktu lebih lama untuk melakukannya dan membuatnya menjadi berhasil, sedangkan hal mustahil memerlukan waktu yang lebih lama lagi.”

So, mari semua kita berjuang bersama mungkin akan terasa sulit kalau kita berpikir bahwa ada 365 hari dalam setahun yang harus kita lalui, tapi nyatanya kita hanya harus berpikir ada dua puluh empat jam setiap harinya yang harus kita lalui dan kita jadikan bermakna, jangan biarkan harimu belalu tanpa kau sadari, hingga tiba saatnya nanti kau sudah terlalu tua untuk melakukan apapun yang ingin kau lakukan. Jalani setiap harimu dengan senyuman karena sebuah senyuman akan membuatmu memiliki rasa percaya diri bahwa segala masalah yang sedang kau hadapi kini akan segera terselesaikan.

Sumber : Hadiah Terindah, Dessy Danarti
Sunting by : Vimala Sari

Sabtu, 09 Maret 2013

Qian Hongyan (Gadis Cacat yang Hebat) dari Tiongkok.



Ia adalah sosok semangat yang Inspiratif.



Ujian yang menimpa Qian memang sangat berat. Betapa tidak, di usianya yang masih sangat dini -tiga tahun (tepatnya pada bulan Oktober 2000)- ia mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan separuh tubuhnya hingga batas pinggang harus diamputasi. 

Kondisi itu diperparah lagi dengan keadaan ekonomi orangtua Qian yang tidak berkecukupan. Karena itu, keluarga gadis cilik yang tinggal di Zhuangxia, Tiongkok itu tak mampu memberikan kaki palsu untuk Qian. Sebagai gantinya, keluarga tersebut menyangga tubuh Qian dengan potongan bola basket. Sebuah solusi yang jauh dari kata nyaman, seperti kaki-kaki palsu lainnya.

Namun, meski tumbuh dengan keterbatasan, Qian membuktikan bahwa dunia belumlah tamat bagi dirinya. Ia tumbuh menjadi gadis yang periang dan murah senyum seolah-olah tak terjadi suatu apa pun dalam dirinya. Dengan memantulkan bola basket di bagian bawah tubuhnya, dan dibantu penyangga untuk membantunya bergerak, Qian tetap bisa menjadi bocah lincah layaknya kebanyakan anak normal.

Bersiap Mendunia.
Dengan kekurangan di tubuhnya, Qian pantang berputus asa, meski ia belum tahu bagaimana masa depannya kelak serta bagaimana ia bisa mengubah hidupnya dengan kondisinya saat itu. Hingga, suatu ketika ia mendatangi sebuah pertandingan olahraga nasional yang diselenggarakan di Kunming pada bulan Mei 2007. Di sana, benih yang menumbuhkan cita-citanya bertumbuh. 

Saat itu, Qian setiap hari menyaksikan perjuangan beberapa atlet cacat yang ikut menyemarakkan pertandingan. Melihat perjuangan rekan senasib yang bertubuh cacat, hati Qian pun tergerak. Jika orang lain mampu berprestasi di bidang olahraga meski dengan tubuh cacat, mengapa dia tidak melakukan hal yang sama? Pikiran itulah meletupkan cita-cita Qian Hongyan untuk ikut menjadi seorang atlet. 

Maka, selepas acara olahraga nasional tersebut, tekad Qian segera diwujudkan dengan bergabung di sebuah klub renang khusus. Tekad itu didukung sepenuhnya oleh orangtua Qian. Maka, mereka pun mendatangi Zhang Honghu, seorang pelatih yang terkenal banyak menjadikan perenang cacat sebagai juara di kejuaraan renang. Qian meminta kesempatan kepada Zhang untuk dilatih menjadi seorang  juara. 

Zhang yang dikenal sebagai pelatih bertangan dingin hanya mengatakan bahwa semua tergantung pada kemauan dan tekad Qian. Sebab, menurutnya, dengan kekurangan separuh tubuh yang tak dimilikinya, agak sulit bagi Qian untuk berenang dengan hanya mengandalkan kedua lengannya. Tetapi, tekad sangat kuat Qian rupanya berhasil memikat Zhang. Maka, ia pun memberikan porsi latihan khusus bagi Qian agar lebih mampu menyeimbangkan kedua bahu dan lengannya. 

Kepercayaan Zhang pun dijawab dengan kesungguhan Qian. Dengan porsi latihan cukup berat, apalagi dengan kesulitan yang dialami sejak awal latihan, Qian tak pernah sekali pun mengeluh. Baginya, impian untuk menjadi atlet adalah cita-cita yang tak boleh padam. Dalam sehari, setidaknya jarak 2000 meter ditempuh Qian di arena air untuk melatih otot-ototnya. Selain itu, latihan lain seperti sit-up, mengangkat beban, hingga berbagai jenis latihan dilakukannya dengan bersemangat. 

Semangat inilah yang membuat Qian kini dikenal di seantero Tiongkok dan bahkan dunia. Kisah hidup dan tekad kuatnya telah menginspirasi banyak orang agar mampu mendobrak segala keterbatasan. Kisah Qian banyak dimuat di berbagai media baik cetak maupun online sehingga mengangkat namanya. Kini, ia ingin mendunia dengan usahanya mewakili Tiongkok pada tahun 2012 pada kejuaraan renang di olimpiade khusus orang cacat. Tak tanggung-tanggung, Qian mematok target menjadi juara dunia renang pada kejuaraan olimpiade tersebut. Dia bekerja keras untuk mewujudkan impiannya tersebut. Jika melihat kesungguhan dan tekadnya, sepertinya impian itu tak mustahil untuk dicapai. Sebab, sejatinya kesungguhan dan tekad kuat yang dilandasi kerja keras akan mampu menaklukkan segala tantangan. 

Sumber : Sumber
Pertama kali baca disitus : TiongHua Indonesia

Kisah yang sangat menginspirasi, sejak pertama kali membaca kisah ini setiap kali aku merasa memiliki masalah dan kesulitan kisah ini kembali teringat dalam benakku dan membuatku kembali berpikir. "Pantaskah aku mengeluh dengan segala masalah yang ada padaku. Bahkan aku masih memiliki tubuh yang lengkap dengan kedua kaki dan tanganku serta kesehatan yang masih kumiliki. Aku masih jauh lebih beruntung tapi kenapa aku justru lebih mengeluh dari Qian dan menyebarkan aura negatif kesekelilingku dengan cemberut dan tidak mau berbagi senyuman" 

Kehidupan ini berlalu dan terjadi melalui ikatan jodoh. Aku harap kita semua bisa membangun ikatan jodoh yang baik. Dimulai dari tersenyum. 

Semoga kisah ini juga dapat menginspirasi teman-teman sekalian dan kita bisa selalu mengingat bahwa masih ada banyak masalah diluar sana yang dihadapi orang lain yang jauh lebih sulit dari yang kita hadapi saat ini. Mungkin wajar bila sesaat kita mengeluhkan kehidupan kita yang terasa sulit. Tapi jangan jadi terpuruk didalam suatu masalah. Mari kita bersama-sama berusaha selalu menjadi lebih baik dan kembali bangkit.
Karena akupun masih terus belajar.

Semangat !! :)


Kamis, 14 Februari 2013

Valentine oleh Ajahn Brahm


Di hari Valentine (kasih sayang), menurut pendapat saya bukan hanya kasih sayang pada pasangan / keluarga masing-masing. Tapi seharusnya kita juga memancarkan Cinta Kasih kepada semua makhluk. Cinta Kasih yang Universal adalah yang kekal. Juga di hari istimewa ini kita harus bisa memaafkan orang. 

Memaafkan orang yang pernah menyakiti kita akan membuat kita semakin KUAT. Jika kita dihina maka kita hanya perlu menahaan hinaan mereka selama beberapa waktu, tapi mereka akan menanggung keburukan perbuatannya seumur hidup. 

Kisah berikut adalah kisah nyata dari Afrika Selatan. 

Selama bertahun-tahun, orang kulit putih di sana melakukan banyak kekejian pada kaum kulit hitam. Saat Apartheid berhenti dan Nelson Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan, beliau tidak menuntut balas. Sebaliknya ia mendirikan sebuah komisi, yaitu Truth and Reconciliation Commission (Komisi Kebenaran dan Rujuk Damai). Pihak mana pun yang telah melakukan kejahatan bisa mendatangi komisi itu, mengakui semua kesalahan dan keburukan yang pernah dilakukannya, dan ia akan diberi pengampunan. Seburuk apa pun itu. 

Suatu hari, seorang polisi mengakui bagaimana dengan kejinya ia menyiksa mati seorang aktivis kulit hitam, dilakukan di hadapan istri aktivis yang telah meninggal itu. Polisi itu gemetar ketakutan saat mengakuinya dan merasa bersalah sepanjang hidupnya. Setelah selesai, si janda bangkit dan berlari ke arah polisi itu. Polisi itu berpikiran si janda akan membunuhnya sebagai balas dendam. Namun sebaliknya, si janda memeluk si polisi sambil berkata "Aku maafkan kamu". 

Jika si perempuan itu bisa memaafkan pembunuh suaminya, tidakkah kita bisa mengampuni kesalahan lebih kecil yang dilakukan pada kita? Buddha selalu menganjurkan pemaafan. Apa pun yang dilakukan oleh orang kepada kita, tugas kita adalah memaafkan mereka, biarlah karma yang menegakkan keadilan. 

Jika saja orang-orang bisa saling memaafkan, maka dunia akan bebas dari konflik dan peperangan. 

Salam Valentine Universal 

sumber : http://www.artikelbuddhis.com/

Senin, 11 Februari 2013

Tata Krama dan Tata Tertib Vihara - Sikap di dalam Ruangan Kebaktian

Tata krama dan tata tertib ini diadakan untuk memelihara dan menciptakan kondisi yang menunjang Vihara sebagai tempat kebaktian, tempat belajar Dharma, dan tempat praktik Dharma.

1. Buddha rupang dan Bodhisattva rupang serta Kitab Suci / buku kebaktian adalah objek-objek yang harus dihormati.

2. Tidak menjulurkan kaki ke altar dan jangan tidur-tiduran di lantai, duduklah dengan sikap meditasi.

3. Tidak melangkahi dan menginjak buku kebaktian. Juga tidak menggunakan buku kebaktian sebagai kipas.

4. Telepon genggam (Hand Phone) harus dinonaktifkan untuk sementara atau di mode heningkan. Demikian pula alat elektronik lainnya yang tidak berhubungan atau menunjang jalannya kebaktian harap dinonaktifkan.

5. Isilah terlebih dahulu tempat duduk di bagian depan jika masih ada yang kosong.

6. Tidak mengobrol atau melakukan tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi umat lain pada saat kebaktian berlangsung.

7. Jika datang terlambat, masuk dan memberi hormat kepada Buddha rupang serta duduk dengan perlahan-lahan. Hindari untuk menggeser / menyeret alas duduk. Demikian pula jika akan keluar ruangan kebaktian untuk alasan yang sangat penting pada saat kebaktian masih berlangsung, gerakan agar dilakukan perlahan-lahan agar tidak mengganggu umat lain.

8. Sejauh dapat, pisahkan tempat duduk berdasarkan jenis kelamin pada saat kebaktian.

9. Dilarang makan di dalam ruangan kebaktian.

10. Apabila melihat lampu pelita di altar tidak menyala, hendaknya dapat menyalakannya.

Sumber : Tata Krama dan Tata Tertib di Vihara
Penerbit : Ekayana Buddhist Centre
Sunting by : Vimala Sari

Tata Krama dan Tata Tertib Vihara - Perbuatan

Tata krama dan tata tertib ini diadakan untuk memelihara dan menciptakan kondisi yang menunjang Vihara sebagai tempat kebaktian, tempat belajar Dharma, dan tempat praktik Dharma.

1. Setiba di Vihara yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memasuki ruangan kebaktian dan bersujud (Namaskara) di muka altar Para Buddha.

2. Jika akan mengikuti kebaktian, lakukan dengan hening lalu menuju tempat duduk. Tunggulah dengan sabar dimulainya kebaktian, gunakan waktu menunggu untuk bermeditasi. Jika tidak dapat duduk dengan tenang, tinggalkan ruangan kebaktian dengan hening, menunggu dimulainya saat kebaktian di halaman Vihara atau di belakang altar.

3. Tidak membunuh, mencuri, berbuat yang tidak sopan / melanggar tata susila, dan minum minuman keras / obat terlarang di dalam Vihara.

4. Tidak merokok di dalam Vihara.

5. Tidak membawa senjata tajam, hasil pembunuhan, minuman keras, obat terlarang, serta barang-barang yang dilarang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Tidak berjualan di Vihara, kecuali sudah mendapat izin dari Kepala Vihara tersebut.

7. Pengumpulan dana untuk keperluan Vihara lain / organisasi lain harus seizin Kepala Vihara.

8. Tidak mengambil dan memindahkan barang-barang yang ada di Vihara.

9. Buanglah sampah pada tempat sampah yang telah disediakan.

10. Dilarang merusak sarana dan prasarana milik Vihara.

11. Dilarang memukul, melukai, dan membunuh hewan yang berada di dalam komplek Vihara.

Sumber : Tata Krama dan Tata Tertib Vihara
Penerbit : Ekayana Buddhist Centre
Sunting by : Vimala Sari

Tata Krama dan Tata Tertib Vihara - Pikiran

Tata krama dan tata tertib ini diadakan untuk memelihara dan menciptakan kondisi yang menunjang Vihara sebagai tempat kebaktian, tempat belajar Dharma, dan tempat praktik Dharma.

1. Memasuki halaman Vihara dengan pikiran yang penuh cinta kasih.

2. Berusahalah menjaga kesadaran, agar selama berada di dalam Vihara pikiran Anda benar-benar dalam keadaan suci dan sadar. 


Sumber : Tata Krama dan Tata Tertib Vihara
Penerbit : Ekayana Buddhist Centre

Sabtu, 09 Februari 2013

Selamat Tahun Baru Imlek (Chinese New Year) 2564/2013


Selamat Tahun Baru Imlek 2564,




新年快乐


xīn nián kuài lè

Selamat Tahun Baru



万事如意


wàn shì rú yì

Semoga semua keinginan Anda terpenuhi

恭喜发财


gōng xǐ fā cái

Semoga Anda mendapatkan kemakmuran

年年有馀

nián nián yǒu yú 

Mendapatkan kelimpahan tahun demi tahun


让您做人有意义,

ràng nín zuòrén yǒu yìyì



Semoga Anda menjadi orang yang berarti

让您永远不挨饿。



ràng nín yǒngyuǎn bù āi è.



Semoga Anda selamanya tidak akan kelaparan



做起事来有靠山,


zuò qǐ shì lái yǒu kàoshān,



Saat melaksanakan tugas ada yang membantu



家里年年有喜事


jiālǐ nián nián yǒu xǐshì,


Di rumah selalu ada kabar gembira




从此做工不辛苦。

cóngcǐ zuògōng bù xīnkǔ


Mulai skarang tidak lagi kerja berat


让您机会不会溜,


ràng nín jīhuì bù huì liū,


Kesempatan tidak akan lari dari Anda


愿您永远不生气,


yuàn nín yǒngyuǎn bù shēngqì


Semoga Anda tidak akan marah lagi


祝您天天都会发,


zhù nín tiāntiān dūhuì fā



Smoga tiap hari kejayaan Anda bertambah


合家亲情到永久


héjiā qīnqíng dào yǒngjiǔ


Memiliki hubungan keluarga yang rukun dan erat 

selamanya


您的钱多几个零,


de qián duō jǐ gè líng


Uang Anda akan bertambah banyak


锦发全家祝您蛇年一切顺心。



Jǐnfā quán jiā zhù nín long nián yīqiè shùnxīn.


Semoga di tahun ular ini, semua asa dan harapan 

berjalan sesuai keinginanmu.



Minggu, 27 Januari 2013

Tata Krama dan Tata Tertib Vihara - Pakaian

Tata krama dan tata tertib ini diadakan untuk memelihara dan menciptakan kondisi yang menunjang Vihara sebagai tempat kebaktian, tempat belajar Dharma, dan tempat praktik Dharma.

1. Hendaknya memasuki Vihara dengan mengenakan pakaian yang rapi, bersih dan sopan. Tidak menggunakan busana ketat, rok mini, celana pendek, dan baju tanpa lengan.

2. Tanggalkan alas kaki (sepatu atau sandal) dan bukalah topi atau tutup kepala lainnya sebelum memasuki Vihara.


Sumber : Tata Krama dan Tata Tertib Vihara
Penerbit : Ekayana Buddhist Centre

Selasa, 22 Januari 2013

Kisah Dhammapala

Dahulu kala Raja Mahapatapa berkuasa di Benares. Pada waktu itu, Bodhisattva masuk ke kandungan Ratu Canda Devi. Setelah lahir, ia diberi nama Pangeran Dhammapala. Pada suatu hari ketika Pangeran Dhammapala berusia tujuh bulan, ratu sedang memandikan ia dan dengan lembut dan memakaikan pakaian. Kemudian, dengan penuh kasih ratu memeluk dan menggendong anaknya itu. Ketika ratu sedang memeluk bayinya dengan penuh kasih sayang, Raja Mahapatapa kebetulan memasuki kamar. Ratu yang sangat mencintai bayinya ini tidak segera bangkit menyambut raja untuk menyapa dan menghormatinya, walaupun ia melihat sang raja. Raja Mahapatapa berpikir, "Sekarang saja ratu sudah sangat bangga terhadap putranya. Akan seperti apa nanti setelah putranya dewasa? Dia tidak akan memperhatikan aku lagi. Anak ini sebaiknya dilenyapkan saja!" Segera raja berbalik dengan marah dan kembali ke singgasananya. Kemudian raja memanggil penjagalnya. "Pergilah ke kamar ratu dan bawa kemari pangeran kecil Dhammapala."

Ratu menyadari bahwa raja marah kepadanya. Air matanya jatuh bercucuran. Dengan tersedu-sedu bayi kecil itu ditaruhnya di pangkuannya. Namun air matanya tidak meluluhkan hati penjagal itu. Perintah raja tetap harus dijalankan. Dia merenggut Dhammapala dari pangkuan sang ratu dan membawanya ke hadapan raja. Dengan cemas Ratu Canda Devi berlari mengikuti penjagal itu ke ruang singgasana. Penjagal itu meletakkan Dhammapala di papan penjagalan di hadapan raja. Raja segera meneriakkan perintah untuk memotong kedua tangan bayi Dhammapala. Dengan menjatuhkan diri ke atas lututnya, Ratu Canda Devi memohon kepada raja untuk memotong tangannya saja. "Pangeran Dhammapala tidaklah bersalah. Sepenuhnya sayalah yang bersalah." Namun walaupun ia telah memohon dan menangis tersengal-sengal kehabisan nafas, sekali lagi raja memerintahkan agar tangan Pangeran Dhammapala dipotong. Penjagal tersebut memotong tangan Dhammapala yang baru berusia tujuh bulan dengan kapaknya. Karena kapak tersebut sangat tajam, kedua tangan kecil itu terjatuh ke lantai bagaikan tunas bambu muda. Namun bayi kecil Bodhisattva tersebut tidak menjadi marah atau menangis. Melainkan dengan hati yang penuh Khanti dan Metta, ia dengan sabar menahan rasa sakit itu.

Sang ibu dengan cepat berlutut. Dengan hati-hati tangan-tangan kecil itu diambilnya kembali untuk ditaruh di pangkuannya. Sementara itu, ratu menangis dan melolong dengan pilu. Selanjutnya raja memerintahkan agar kedua kaki bayi Pangeran Dhammapala dipotong. Sekali lagi Ratu Canda Devi memohon dengan sia-sia. "Anak itu tidak bersalah." Tetap saja kapak dijatuhkan, dan kedua kaki kecil Pangeran Dhammapala putus. Tidak puas melihat kedua kaki yang dipotong itu, raja memerintahkan agar kepala Pangeran Dhammapala dipenggal. Dalam keputus-asaan, sang ibu sekali lagi memohon kepada raja, tetapi raja mengabaikan semua permohonannya. Diancam dengan hukuman berat, maka penjagal tersebut dengan terpaksa melaksanakan perintah sang raja dan memenggal kepala Pangeran Dhammapala. Sekali pun kepala itu sudah dipenggal dan Pangeran Dhammapala sudah meninggal, kemarahan raja masih belum lenyap. Dia memerintahkan penjagal tersebut untuk melemparkan tubuh Pangeran Dhammapala kecil itu ke udara dan memutar-mutar tubuh kecil tersebut dengan tepian belati seolah-olah karangan bunga. 

Ketika menyaksikan peristiwa yang kejam ini, Raju Canda Devi memukul-mukul dadanya dan meraung-raung, dan akhirnya jatuh mati di tempat itu juga. Segera setelah ratu meninggal, Raja Mahapatapa jatuh dari singgasananya karena bumi terbuka dan menelannya masuk ke dalam neraka Avaci.

Selama tindakan-tindakan rendah yang penuh kedengkian ini, si kecil Dhammapala tidak menjadi marah. Bahkan pada saat kematiannya pun, ia meninggal dengan sabar tanpa kebencian di pikirannya.

Sumber : Serba-Serbi Metta (Kebaikan Penuh Kasih)
Karya : Sayadaw U Indaka

Dapat kita sadari bahwa pada saat kemarahan melanda kita, kita tidak akan dapat berpikir dengan jernih dan baik. Ada baiknya saat kita sedang dilanda kemarahan dan yang bekerja pada diri kita hanyalah emosi tanpa terkendali pikiran kita, lebih baik kita tak mengatakan apapun karena terkadang saat sedang marah apa yang kita katakan dapat amat sangat kita sesali dikemudian hari.

Salam Tahun Baru

Salam hangat para pembaca sekalian, 

Sudah lama saya tidak mengepost artikel di blog ini. Dan tidak terasa kini sudah memasuki tahun yang baru, bahkan sudah terlewati hampir satu bulan lamanya. Di awal tahun ini sebelum saya mengepost artikel-artikel yang menurut saya menarik dan bermanfaat. Saya ingin mengucapakan:

"Selamat Tahun Baru 2013"

Semoga para pembaca sekalian dan seluruh keluarga diberkahi kesehatan, keselamatan dan kesuksesan. Semoga di tahun yang baru ini kita semua bisa bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik.





Salam Dharma,


Vimala Sari