Selasa, 09 April 2013

Anak Kerang


Pada suatu hari, seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh kepada ibunya sebab sebutir pasir yang tajam memasui tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan sebuah tangan pun pada kita bangsa kerang sehingga ibu tak bisa menolongmu. Rasanya pasti sakit sekali, ibu tahu itu anakku. Termalah itu sebagai takdir alam.”

“Kuatkan hatimu. Kerahkan semangatmu untuk melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat.” Kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat ibunya. Memang ada hasilnya, tetapi rasa sakitnya masih amat terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya dan merasa semua yang ia lakukan akan sia-sia. Tapi ia tetap melakukannya dengan tekun.

Dengan bercucuran air mata, ia berusaha bertahan, betahun-tahun lamanya. Tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Semakin lama semakin halus. Rasa sakit pun semakin berkurang. Mutiara semakin besar. Rasa sakit pun menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya, sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar yang utuh, mengilap, dan berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi sebuah mutiara yang sangat elok.

Air matanya berubah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Kini, sebagai hasil dari penderitaannya selama bertahun-tahun, dirinya lebih berharga daripada sejuta karang lain yang hanya disantap sebagai kerang rebus atau goreng di tempat makan.

Renungan:

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk mengubah “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Oleh karena itu, dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang yang luar biasa”.

Mungkin saat ini Anda sedang mengalamai penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka. Cobalah untuk tetap tersenyum dan katakan hal ini di dalam hatimu, “Air mata dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi lebih berharga, seperti mutiara yang terbentuk melalui proses yang panjang dan menyakitkan. Segala hal yang indah tidak dimulai dan tidak terbentuk secara mudah, semua memerlukan proses yang panjang dan beliku yang terkadang menyakitkan. Namun, hal itulah yang membentuk diri kita untuk menjadi pribadi yang kuat pada akhirnya. Hanya orang yang dapat bertahan sampai akhirnya yang akan mengetahui keindahan dari segala kesulitan dan penderitaan yang telah dilaluinya. Karena segala proses itu memerlukan waktu, maka yang kita butuhkan adalah ketekunan dan kesabaran untuk terus melakukan proses tersebut sampai terlihat hasilnya, dah itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi hal sutil bukan berarti tidak mungkin, hal sulit hanya berarti kita perlu waktu lebih lama untuk melakukannya dan membuatnya menjadi berhasil, sedangkan hal mustahil memerlukan waktu yang lebih lama lagi.”

So, mari semua kita berjuang bersama mungkin akan terasa sulit kalau kita berpikir bahwa ada 365 hari dalam setahun yang harus kita lalui, tapi nyatanya kita hanya harus berpikir ada dua puluh empat jam setiap harinya yang harus kita lalui dan kita jadikan bermakna, jangan biarkan harimu belalu tanpa kau sadari, hingga tiba saatnya nanti kau sudah terlalu tua untuk melakukan apapun yang ingin kau lakukan. Jalani setiap harimu dengan senyuman karena sebuah senyuman akan membuatmu memiliki rasa percaya diri bahwa segala masalah yang sedang kau hadapi kini akan segera terselesaikan.

Sumber : Hadiah Terindah, Dessy Danarti
Sunting by : Vimala Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar