Jumat, 16 Juni 2017

Kesepian VS Kesendirian

Just

HELLO GUYS!
:)

Lama tidak mencurahkan rasa pada sebuah tulisan, kali ini aku mau mencoba buat bahas kesepian dan kesendirian.

Well, aku mikir di zaman sekarang ini apa kalian masih bisa punya tempat untuk sendirian? Apa kalian masih bisa merasa kesepian? Karena dengan kemajuan zaman dengan teknologinya jarak jauh dan waktu seakan bukan lagi halangan untuk bisa berkomunikasi dengan sesama. Apa kalian justru merindukan keheningan di zaman serba cepat ini?

Semua terasa ramai baik dengan orang maupun 'alat'. Aku hanya berfikir apa kalian juga merindukan masa-masa tenang untuk sesaat? Apa kalian merasa bersama dalam setiap keramaian?
Ataukah kalian seperti aku? Merasa sendiri di dalam hingar bingar yang tak aku mengerti dan tak dapat aku rasakan dimana jiwanya.

Aku disana, berdiri, bercengkrama, bahkan mungkin tertawa. Sesaat aku merasa iya aku disana, lalu sekejap aku merasa hilang dari peradaban. Aku tidak merasa menyatu dengan semua suara, aku merasa tidak mampu mendengar lagi mana suara yang berasal dari diriku sendiri. Apa ini namanya? Apa yang aku rasakan?

Sendirikah? Apa ia aku sendirian? Apa iya aku lebih mengharapkan untuk menjadi sendiri, sering kali aku pikirkan lagi dan lagi, apa aku ingin sendiri, selalu sendiri? Lalu aku selalu kembali pada kesimpulan yang sama, aku tidak sendirian, disini ramai dan begitu banyak orang, tapi aku merasa hatiku tidak dapat melihat hatinya. Bagaimana cara kita berkomunikasi, kita bercakap, kita tertawa, tapi aku tidak merasa hangat akan kehadirannya.

Apakah aku akan memilih untuk selalu sendirian? Aku berpikir setiap saat aku merasa aku ingin sendiri, tapi apa yang aku dapat adalah sesungguhnya aku tidak berharap aku selalu sendirian, aku hanya merasa dimana hatiku berada, seakan-akan ia selalu tertinggal jauh dibelakang, tak dilihat, tak diajak, tak merasa. Aku tidak merasa bahwa dunia ini sepi atau aku akan menjadi sendiri, tapi hati ini selalu merasa bahwa ia tidak memiliki siapapun dan apapun untuk digenggam dan dipercaya selain aku sendiri.

Lalu ia akan menjadi selalu sedih dan merasa sendiri ataupun ditinggalkan saat aku sibuk dengan segala urusan entah itu penting ataupun tidak. Ia selalu menunggu aku pulang, ingin berbincang, ingin bermanja-manja, ia takut pada keramaian, ia takut untuk keluar pada peradaban zaman.

Apakah aku merasa ia bersalah? Apakah aku merasa ia manja? Aku rasa tidak, ia disana, selalu ada untukku, selalu jujur terhadapku, selalu jujur akan apa yang ia rasakan, tapi terkadang ia aku bungkam, ia aku suruh diam, ia aku suruh menjaga sikap, ia aku suruh untuk selalu kuat dan tegar, ia aku suruh menahan diri, lagi, lagi, dan lagi.

Setiap hari seakan-akan ia aku lupakan, seakan-akan ia aku pojokan, seakan-akan ia tak memiliki hak untuk jujur dan bersuara. Ia aku bungkam, ia aku tekan, ia sendirian, ia hanya menanti aku pulang, ia hanya ingin jujur, ia hanya ingin pelukan.

Ia terlalu mudah percaya? Ia terlalu muda atau  mungkin kekanak-kanakan? Ataukah ia hanya terlalu lemah terlihat bagi kalian? Tapi tidak buatku. Ia sebenarnya yang selalu berani, tulus lalu dikecewakan, percaya, terlalu percaya mungkin, dan semua hanya menjadi khayalan semata. Lalu ia sekarang yang menjadi tertutup tidak ingin percaya dan hanya ingin berada jauh didalam diriku tanpa ingin keluar. Mungkin ia paham saat ia keluar, percaya, yakin dan selanjutnya ia akan berharap rasa itu selalu bisa ia dapatkan, tapi kehilangan selalu sama menyedihkannya. Atau mungkin ia terlalu banyak diam-diam mendengarkan, diam-diam mengikuti semua berita mengerikan di dunia ini, dimana percaya lalu dikhianati.

Ia yang selalu menunggu kepulanganku, waktu santaiku, untuk berbincang dan mengungkapkan dirinya, tapi apa aku? Apa dayaku? yang selalu hadir dimalam hari dengan sisa-sisa tenaga dan hanya ingin tidur tanpa memperhatikannya, yang setiap libur terlalu sibuk pada segala kebahagiaan dan kesenangan yang terasa. Lalu apa? Lagi-lagi aku melupakannya, menyuruhnya menunggu diam, jangan manja, kamu harus kuat dan mampu. Lagi.

Apakah aku disini sendirian?
Apakah ada orang lain diluar sana yang juga merasakan hal yang sama?

Kita berada pada tempat yang ramai, mewah, meriah. Dalam keramaian saling berbicara saling membalas sapa bahkan saling tertawa, tapi aku tak tahu dimana hatimu aku tidak mampu merasakan dimana suara hatiku. Lalu apakah harus ditempat sepi aku baru mampu merasakan suara diriku sendiri?

Kau tahu? Saat ini ia sedang diam didalamku berkata "aku merasa seperti orang yang tidak bersyukur, seperti orang yang manja dan pengeluh luar biasa dengan berkata ini, mungkin seharusnya aku diam saja. Maafkan aku."

Ia merasa ramai, suara dimana-mana, tapi ia hanya sendirian. Apakah aku melupakannya? Apakah aku menutup dirinya? Atau itu adalah hakiki diriku yang sebenarnya?

Salam,
Aku yang merasa memiliki dua jiwa.
16 Juni 2017
Jakarta yang masih tetap terik meski tidak seperti biasanya, karena cuaca pun tak menentu adanya.

:)

Hope you like it and enjoy guys.
.
.
.
So, Bye! See ya Guys.

Selasa, 13 September 2016

KEEP MOVING FORWARD!

Move On, apa sih yang dimaksud move on itu? Apakah cuma sekedar berpindah dan kalau ini pembahasan mengenai hati yang jatuh cinta, apakah hanya tentang kembali mencintai orang lainnya?
Apakah semudah itu?

Hidup kita mempunyai begitu banyak rasa yang terjadi dalam perjalanannya, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, baik positif maupun negatif. Semua perasaan itu mengandung emosi yang berbeda-beda dan semakin kuat emosi yang ada dalam suatu kejadian maka semakin sulit untuk kita melupakannya. Seperti saat kita begitu menyukai seseorang ataupun begitu membenci seseorang. Emosi itulah yang menyebabkan kita sulit move on.

Baik itu emosi positif maupun negatif, jadi saat kita tidak bisa memaafkan suatu kesalahan dan menggenggam rasa benci yang mendalam artinya kita juga sedang tidak bisa move on. Semua pemikiran dan emosi kita terus terkuras untuk kejadian yang terus kita kenang tersebut sehingga pemikiran dan perasaan kita tidak dapat memperhatikan keadaan saat ini.

Padahal manusia terbentuk dari kejadian demi kejadian dimasa lalu, tapi kedepannya manusia dibentuk dari kejadian-kejadian disaat sekarang. Kita tidak bisa menggenggam masa lalu dan belum mampu mengenggam apa yang ada di depan, sehingga apa yang kita miliki adalah detik yang saat ini sedang kita lalui. Seperti air yang mengalir, meski terus melewati tanggan kita kembali, tetapi itu bukanlah lagi aliran air yang sama seperti yang sebelumnya. Kita tidak bisa menggenggam masa lalu karena masa depan adalah yang kita tuju, dan masa depan dibentuk dari apa yang kita lakukan saat ini.

Gak bisa move on dari apa yang sudah berlalu hanya akan membawa semakin banyak kekacauan dimasa akan datang karena membuat kita gak bisa fokus dengan masa sekarang ini. Sayangnya manusia memiliki kecenderungan untuk melekat pada hal yang yang disenangi dan menghindari apa yang tidak disengangi atau dalam tahap ekstrim adalah membenci apa yang membuatnya merasa tersakiti, emosi seperti suka dan benci ini justru membuat kita sulit terlepas dari hal yang kita senangi maupun tidak kita senangi.

Well! Bukan berarti kita harus hidup tanpa perasaan juga dan semua hanya datar-datar saja.
Seperti makanan semua ada kadarnya, kalau berlebihan juga tidak akan membuat makanan itu sedap, tapi kekurangan pun akan membuatnya hambar. Bayangkan saja makanan dengan terlalu banyak garam, bukan semakin enak tetapi justru semakin sulit dimakan, sedangkan makanan yang kekurangan garam akan terasa hambar.

Jadi move on atau gak bisanya kita move on yah tentu dari diri kita sendiri, apakah niat kita cukup kuat untuk membawa diri kita keluar dari apa yang kita mau move on kan.

Dalam hal sakit hati, kekecewaan, benci dan dendam. Apa yang paling benar dan mampu kita lakukan hanyalah memaafkan. Sulit tentu saja, aku tidak pernah mengatakan ini akan mudah. Tapi kalian akan tahu saat setelah kalian melewati segalanya, saat kalian sudah menaiki tingkat yang jauh lebih tinggi dan mampu untuk melihat secara lebih luas, bahwa apa yang sudah kalian lakukan dimana kalian sendiri tidak menyangka bahwa kalian sudah melewatinya. Itu benar-benar perasaaan positif yang luar biasa.

Satu hal yang harus ditanamkan dalam hati saat mau move on adalah

KEEP MOVING FORWARD!

Apapun yang terjadi, sekecil apapun progress yang kalian lakukan, teruslah bergerak maju. Mungkin terdengar seperti biarkan waktu yang menyembuhkan. Bukan waktu yang mampu menyembuhkan, karena waktu hanya mampu membuatmu melupakannya SESAAT dan waktu hanya mampu menutupinya bukan menyelesaikannya. Bila kamu masih tidak mampu untuk memaafkan dirimu sendiri semua tidak akan bergerak maju dari pandanganmu yang tetaplah sama.

Perasaan seperti kecewa, benci, marah kamu hanya bisa melewatinya dengan memaafkan, maafkan diri sendiri yang begitu bodoh sehingga mampu melakukan kesalahan tersebut, maaf kan orang lain yang ikut andil dalam hal itu. Sadari bahwa kau tak sendiri, bahwa masih ada orang lain yang menyayangimu, sadari bahwa meski kau salah dimasa lalu, kau masih bisa berguna dimasa depan, sadari bahwa hidupmu bukan hanya milikmu sendiri, tapi juga orang lain.

Menyadari bahwa meski kamu telah melakukan kesalahan dimasa lalu kamu masih mampu menjadi sesorang yang menyadarkan orang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama dengan yang pernah kau lakukan. Percayalah!





Kamis, 05 Mei 2016

Kekuatan Belas Kasih

Di India Utara ada sebuah desa yang memiliki kondisi alam kurang bersahabat, membuat desa hidup dalam kemiskinan. Untuk mencari makanan sehari-hari penuh dengan perjuangan. Semua orang ingin mengubah keadaan tapi tidak ada yang tahu bagaimana melakukannya.

Tidak jauh dari desa tersebut ada sebuah jalan antar kota. Karena kondisi jalan jelek, banyak mobil dan truk yang jatuh disana. Suatu hari sebuah truk penuh dengan makanan kaleng terguling ke pinggir jalan dan kaleng-kaleng berserakan di mana-mana. Karena sopir terluka, dia menumpang kendaraan menuju ke rumah sakit dan meninggalkan makanan kaleng berserakan di tanah. Ketika penduduk desa menemukan makanan kaleng "gratis", mereka membawanya pulang.

Selama beberapa hari setelah kecelakaan itu, setiap keluarga memiliki makanan kaleng di meja makan malam mereka. "Keberuntungan" ini mengilhami para penduduk desa. Sebagai pepatah lama mengatakan: "Bertahan dengan apa saja yang ada di dekat, baik itu gunung atau danau."

Sekarang penduduk desa berpikir bahwa mereka bisa hidup dari jalan raya tersebut. Mereka mulai sering pergi ke jalan raya, berharap menemukan truk rusak dan penuh makanan. Tapi kecelakaan tidak terjadi sesering yang mereka inginkan. Hanya melihat truk makanan datang dan pergi, Penduduk desa kecewa tidak mendapatkan apa-apa.

Suatu hari, seseorang datang dengan ide yang cerdik. Mereka pergi ke jalan dengan sekop dan cangkul, dan menggali banyak lubang di malam hari. Tak lama kemudian, lebih dan lebih banyak mobil dan truk pecah ban di sana. Karena jalan yang buruk, truk-truk melaju sangat lambat menghindari terjadinya kecelakaan. Penduduk desa kemudian dengan mudah mengikuti dan mencuri beberapa barang di truk. Lambat laun, keadaan semakin memburuk. Awalnya, mereka mencuri makanan hanya untuk konsumsi mereka sendiri. sekarang mereka mulai mengambil barang-barang lain dan menjualnya di pasar. Akhirnya, pencurian berubah menjadi murni perampokan. Jalan dekat desa menjadi bagian paling berbahaya di sepanjang jalan raya tersebut. Setiap bulan, polisi menerima beberapa laporan tentang perampokan.

Suatu hari, polisi menangkap dua penduduk desa saat mereka merampok sebuah truk dan memenjarakan mereka. Penahanan itu tidak membuat penduduk desa lainnya jera. Mereka menjadi lebih licik dalam melakukan kejahatan ini. Mereka mengorganisasi diri mereka dan menugaskan orang-orang untuk mengawasi polisi. Setelah perampokan, mereka menyembunyikan barang atau mengubah kemasan sehingga polisi tidak bisa menemukan bukti. Pemerintah lokal mencoba berbagai cara menghentikan tindak kejahatan ini.

Karena penduduk sudah terbiasa dengan cara hidup seperti ini, perampokan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Selama satu musim dingin, karena reputasi desa, banyak pengemudi truk menghindari jalan desa dengan memilih jalan memutar. Hasilnya, penduduk desa tidak mendapat apa-apa selama beberapa hari berturut-turut. Suatu hari, sebuah truk penuh dengan pati fosfat lewat. Pati fosfat adalah digunakan untuk industri dan beracun.

Para penduduk desa kebanyakan tidak berpendidikan, dan menurut mereka, pati adalah makanan yang bisa dimasak dengan berbagai cara. Jadi, mereka menghadang truk, dan sebagaian meloncat ke atas truk dan mengambil lebih dari 20 kantong. Pengemudi yang masih muda ini menghentikan truk dan mengejar para perampok. Penduduk desa lainnya mengambil kesempatan ini, mereka membongkar semua kantong-kantong pati yang tersisa.

Ketika pengemudi pergi ke desa, ia memohon kepada penduduk desa untuk mengembalikan pati tersebut. Saat ini, semua penduduk desa sudah menyembunyikannya dan tak seorang pun mengaku sebagai pencuri. Permohonan pengemudi ini tidak mendapat perhatian. Akhirnya, ia mengatakan kepada penduduk desa bahwa pati tersebut tidak dapat dimakan dan ini hanya dipakai untuk industri. Orang bisa meninggal jika mereka memakannya, jadi bagi penduduk desa ini adalah tidak bermanfaat. Pengemudi mengatakan kepada mereka kebenaran, tetapi penduduk tidak percaya kepadanya. Bagaimanapun, pati itu kelihatan persis sama seperti pati biasa yang bisa dimakan.

Pengemudi menjadi sangat takut ketika penduduk desa tidak percaya kepadanya. Dia ingin melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, tetapi ia juga khawatir seseorang akan memakan pati dan mati. Walaupun ia tidak akan bertanggung jawab atas kematian siapa pun, dia tidak mau seseorang meninggal karena suatu kesalahan bodoh. Dia pergi dari pintu ke pintu untuk memberitahu orang-orang kebenaran, bahkan ia berlutut dan berkata: "Saya tidak peduli tentang pati itu bahkan jika Anda tidak mengembalikannya, hal yang terburuk bukan pada kerugian ekonomi saya, tapi saya memohon kepada Anda untuk tidak memakannya, karena jika tidak, Anda akan meninggal."

Melihat desakan pengemudi itu, beberapa penduduk desa mulai ragu akan diri mereka sendiri. Seseorang memberi makan ayam dengan pati tersebut dan ayam mati dalam beberapa menit. Pengemudi itu mengatakan kebenaran! Penduduk desa terkejut, dan hati mereka sangat tersentuh. Mereka telah mencuri barang-barang pengemudi ini dan seharusnya pengemudi itu membenci mereka. Bahkan jika mereka mati karena pati beracun, mereka merasa pantas mendapatkanya. Namun pengemudi ingin menyelamatkan nyawa mereka yang sangat buruk, dia bahkan memohon dengan berlutut kepada mereka .

Ini semacam rasa cinta dan belas kasih, serta kerendahan hati membuat penduduk desa merasa malu. Penduduk desa mengembalikan semua pati ke truk. Sejak hari itu, orang-orang di desa tidak pernah merampok truk lagi. Ketika seseorang tergoda untuk mencuri, yang lain akan berkata: "Pikirkan tentang orang baik. Kita merampok dia, tetapi ia menyelamatkan hidup kita. Apakah kita masih ingin melakukan hal buruk ini? Apakah kita benar-benar jahat?"

Sekarang jalan dekat desa ini menjadi aman kembali. Setelah semua upaya-upaya penegakan hukum dan persuasi pemerintah gagal, pengemudi muda dengan belas kasih mengubah segalanya.

Sumber: ceritainspiratifmotivasi.blogspot.co.id

Semua orang pastinya tidak ingin disakiti dan merasakan penderitaan, tetapi semua orang sudah tentu akan menerima rasa cinta kasih. Dari kisah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa rasa belas kasih yang tulus dapat merubah hati yang keras. Dengan segala tindakan hukum yang keras dan tegas tidak mampu untuk membuat para penduduk desa menyerah dalam melakukan tindakan kejahatan, tidak mampu membuat para penduduk desa menyadari bahwa apa yang diperbuat adalah suatu kesalahan. Meski para penduduk desa melakukan tindakan itu sebagai cara untuk bertahan hidup, tetapi kesalahan tetaplah kesalahan, perbuatan jahat tetaplah jahat.

Kembali kepada inti kisah ini bahwa hati yang tulus, belas kasih yang tulus dapat menggerakan hati yang keras. Terkadang sulit untuk tetap menjadi baik saat situasinya tidak baik, tetapi kita tidak boleh melupakan hakiki diri kita sendiri yang sesungguhnya adalah baik. Bagaimana orang bertindak adalah hak mereka, bagaimana kita bereaksi adalah keputusan kita. Bagaimana kita melatih diri untuk terus mampu menjaga kesadaran dan tidak terbawa emosi dalam segala situasi, sehingga kita mampu bertindak secara bijaksana.

Minggu, 13 September 2015

Menjauh dan Menghindar

Ada suatu rasa yang tak dapat aku pahami sendiri. Tetapi selalu ada masa dimana menemukan masalah dan jalan yang aku pilih hanya memutar arah untuk menghindarinya, memang seharusnya tak semua masalah kita anggap serius karena hal kecil tak seharusnya dibesar-besarkan. Tetapi apa yang seharusnya kita hadapi tak akan pernah bisa menyelesaikan masalah dirinya sendiri bila kita hanya selalu menghindarinya. Karena apa yang memang harus kita hadapi hanya akan kembali kepada kita suatu hari nanti, bahkan mungkin telah berevolusi menjadi lebih sulit untuk diselesaikan.

Entah apa yang aku pilih dan akan aku lakukan hanya saja selalu ada kecintaan untuk menulis dan mengungkapkan apa yang tak aku mengerti dalam sebuah tulisan yang mungkin hanya akan menjadi sampah dikemudian hari. Tetapi hanya dengan tulisan-tulisan semacam inilah aku mampu bertahan dari segala rasa yang menghampiriku dan menekan lurus menyesakkan dada.

Aku tak tahu apa aku kuat, aku tak tahu apa aku selalu berusaha untuk kuat ataupun terlihat kuat. Hanya saja semua masalah yang aku hadapi mungkin akan aku hadapi dengan senyuman yang tidaklah tulus, entah senyum terpaksa atau senyum tertahan, atau mungkin juga dengan wajah cemberut atau kemarahan. Tetapi aku tak bisa menunjukkannya dengan tangisan tak bisa membiarkan diriku menangis.

Justru terasa semakin menyedihkan menurutku. Menyedihkan melihat diriku sendiri. Sekarang ini berusaha menekan rasa yang ada untuk selalu terlihat baik-baik saja di depan orang lain. Hahahaha...
Menyedihkan karena aku tak bisa percaya entah itu orang lain atau diriku sendiri karena bahkan aku tak ingin menangis saat aku sendirian.

Mungkin tulisan ini hanya akan menjadi sampah yang tak berarti bagi orang lain, tetapi hanya dengan mulai menulis aku bisa jujur pada apa yang aku rasakan. Baru aku bisa membiarkan apa yang seharusnya mengalir dan selalu aku tahan untuk keluar bersama semua huruf yang aku ketikkan.

Terkadang aku hanya bisa menjadi begitu bodoh dan tidak mampu memahami apa yang sesungguhnya terjadi dan aku rasakan. Hanya saja ada rasa penyesalan yang dalam, rasa kekecewaan yang tertahan yang tak mau aku akui keberadaannya. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi didalam perasaanku sendiri, tapi aku tahu bahwa semua tidaklah baik-baik saja. Ada perasaan yang aku sembunyikan.

Mungkin dengan menulis memang tidak akan menyelesaikan masalah apapun juga dalam kehidupan ini, mungkin juga hanya akan sekedar dianggap "just talking" semata tetapi saat aku menulis aku dapat merasakan bahwa aku tidaklah sendirian di duina yang luas dan kejam ini. Karena masih ada diriku sendiri yang berdiam didalam hati ini yang bahkan kehadirannya sering tak aku anggap ada.

Salam palsu,
Vimala

Selasa, 28 Juli 2015

Kemarahan, Ego, Cemburu, Duka dan Cinta

Kemarahan
Tak dapat 'ku pungkiri aku adalah seorang anak manusia, sungguh-sungguh anak manusia sejati yang selalu saja diliputi oleh rasaku sendiri. Dimana terkadang rasa yang bergejolak dalam hati ini lebih kuat dibandingkan aku yang berada di luar dirinya (di luar sang rasa). Entah dari mana kekuatan itu bahkan kurasa kekuatanku pun berasal darinya, berasal dari rasa yang tercipta di dalam diri ini.

Bagaimana aku pada akhirnya mampu untuk mengendalikan rasaku sendiri, disaat rasa itu berubah menjadi mengerikan, disaat aku mengetahui apabila aku terus mengikuti permainan dari perasaan ini maka hanya akan ada satu akhir yang 'ku tahu, yaitu akhir dimana diriku yang akan terluka (kembali).

Kemarahan
Seperti kataku aku masih saja diliputi segala rasa itu, baik dalam kesan yang positif atupun negatif, namun rasa itu masih dan selalu ada meliputi diriku. Tak terkecuali dengan rasa marah. Aku selalu meyakinkan diri bahwa kemarahan tak akan membawa bahagia, bahwa kemarahan ibarat bara api yang sedang menyala dan begitu membara dengan sempurna.

Tentu kita semua yang memiliki pemikiran yang berjalan dengan sempurna tak akan mau memegang bara api tersebut dengan tangan hampa. Tapi tidak begitu saat kita hanya diliputi emosi tanpa kontrol dari pikiran yang berjalan dengan baik. Terkadang yang ada dalam pikiran dan hati ini hanya satu hal saja, yaitu harus membalas orang yang membuatku merasakan perasaan sakit ini, harus membalas orang yang menyakitiku, harus membuat orang yang menyakitiku juga tersakiti. Disaat-saat itulah kita akan melakukan apapun untuk menyakitinya. Tak peduli pada bara api yang sedang menyala dan membara, hanya berpikiran untuk melemparinya dengan api-api yang menyakitkan itu tanpa pemikiran panjang dan tentu saja tanpa adanya kebijaksanaan.

Ouchh..

Betapa menyakitkannya sebuah rasa marah, betapa melukainya dari sebuah rasa yang disebut kemarahan. Disaat aku hanya berpikir untuk membalasnya, membalas orang yang menyakitiku. Aku melupakan satu hal, aku melupakan bahwa amarah itu sudah menyakitiku terlebih dahulu.

Rabu, 17 Juni 2015

Monyet, Perangkap, dan Tangan yang Mengepal

Aku mungkin menulis kisah ini tidak dengan hati yang sepenuhnya bahagia, aku menulis dengan sedikit kesedihan yang bahkan tak dapat aku mengerti dan aku artikan sendiri. Ada rasa yang mengganjal di dalam hati ini yang tak dapat aku jelaskan pula. Hanya saja aku merasa semua akan lebih baik dan dapat kembali menjadi baik seandainya aku menulis. Ada satu hal yang salah dan kurang dalam hal ini yaitu perasaanku sendiri yang tak dapat aku mengerti sehingga aku hanya menulis, tak mengerti apa yang ingin aku ungkapkan dalam tulisan ini. (Jadi maaf bagi para pembaca bila apa yang saya ungkapkan menjadi berputar-putar dan membingungkan).

Hanya saja ada sebuah kisah yang bagiku sangatlah menarik bagi kita semua yang sedang terjebak dalam sebuah perangkap yang mungkin dibuat oleh seseorang atau oleh suatu keadaan tertentu, tapi tahukah kita bahwa kita dapat terjebak dalam perangkap itu bukan sepenuhnya salah sang pembuat perangkap tersebut.

Seperti kisah penangkap monyet yang membuat perangkap dari botol-botol yang telah diisi makanan atau dapat pula dari batok-batok buah kelapa yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga para monyet dapat memasukkan tanggannya kedalam jebakan yang manusia buat karena terpancing oleh makanan yang ada di dalam botol atau batok kelapa tersebut. Sehingga para monyet tersebut akan mengambil makanan-makanan yang ada di dalam jebakan dengan tangan mengepal (mengenggam) dan oleh sebab itu para monyet tersebut tidak dapat menarik tangan mereka keluar.
Namun tahukah para monyet yang terjebak tersebut, mereka tidak sesungguhnya terjebak dalam sebuah perangkap, ada cara dimana mereka dapat melepaskannya. Tahukah para pembaca sekalian bagaimana mereka dapat terlepas dari perangkap tersebut?


Minggu, 01 Maret 2015

Syukur dan penghargaan


Terima kasih Buddha untuk sekian banyak cinta yang telah hadir disekelilingku, terima kasih untuk kedua orang tua yang telah mengasihiku hingga saat ini, orang tuaku mungkin bukan yang terbaik di dunia ini, tetapi mereka adalah yang terbaik di sepanjang kehidupanku.

Entah sekarang akan jadi seperti apa jika bukan karena bimbingan mereka, meski sering kali aku lupa dan menganggap semua yang mereka katakan mengganggu dan terlalu ikut campur dalam kehidupanku, tapi bukankah harus aku ingat bahwa kehidupan ini berasal dari mereka, meski bukan milik mereka.

Karena mungkin mereka juga lupa bahwa kehidupan ini memang dari mereka tapi bukan milik mereka. Dengan segala informasi dan perubahan dalam kehidupan ini, sudah terlalu banyak paham yang berubah, banyak anak muda yang berpikir bahwa orang tua mereka mengganggu, bahwa mereka sudah dewasa dan ingin hidup sendiri, tapi bagaimanapun meski kehidupan kita ini bukan milik kedua orang tua kita, tetap saja kehidupan ini berasal dari mana? Kita harus ingat.

Karena bagaimanapun, meski zaman sudah semaju apapun, kata terima kasih tetaplah akan ada dalam dunia ini, akan tetap dikenal dalam kehidupan ini, meski mungkin tidak semua orang akan mengingat untuk berterima kasih pada orang lain. Tetapi rasa syukur itu tak akan pernah lenyap kata terima kasih itu tak akan pernah lenyap. Bukankah sesuatu yang terlupakan tidak berarti hilang? Meski mungkin suatu saat nanti akan semakin banyak orang yang tidak mau mengucapakan terima kasih bukan berarti kata terima kasih itu akan lenyap.

Begitu pula dengan hubungan kita dan orang tua kita, bagaimanapun juga zaman maju nantinya tidak akan mungkin robot bisa membuat kehidupan baru di dunia ini, tak akan mungkin teknologi menciptakan ketulusan kasih dari orang tua yang menyayangi anaknya. Tak mungkin teknologi menggantikan kehangatan pelukan seorang ibu, tak mungkin teknologi menggantikan peluh seorang ayah yang mencari nafkah.

Maka tak boleh pula kita lupa dari mana sumber kehidupan kita ini berasal.

Meski secanggih apapun teknologi saat ini, yang bisa membuat orang yang jauh terasa dekat, tetapi secara nyata kehadiran tersebut hanyalah visualisasi dari dirinya, tetap saja apa yang ada itu hanya alat yang dingin dan tidak membawa kehangatan, bagaimanapun juga teknologi saat ini tidak bisa menggantikan perasaan bahagia saat berkumpul dengan orang-orang yang kita kasihi, bagaimanpun juga teknologi saat ini hanya dapat mengobati rindu karena raga yang berjauhan.

Oleh sebab itu, jagalah semua sumber kehangatan di sekitarmu, jangan sampai semua terlupakan hanya karena benda dingin yang selalu kau genggam dengan khayalan bahwa visualisasi yang menyerang perasaanmu itu nyata, bagaimanapun sebuah teknologi memvisualisasikan orang yang terkasih nan jauh disana ia tak dapat menampilkan seseorang yang sudah tiada untuk dapat berkomunikasi lagi denganmu, bagaimanapun teknologi memvisualisasikannya, ia akan tetap berbentuk sama seperti gadget bukan manusia.

Bagaimanapun saya bukan manusia purba yang tidak mengikuti perkembangan zaman, hanya saja saya berharap bahwa kita tidak terlena oleh visualisai yang ditampilkan oleh gadget kita hingga kita lupa bahwa orang-orang yang ada disamping kita itu adalah nyata. Jangan sampai semua waktu yang berharga itu hilang berlalu dengan penyesalan karena belum menikmati masa-masa bersama.