Kamis, 27 Desember 2012

Penggosip


Seorang wanita menyebarkan sebuah berita yang memalukan mengenai tetangganya. Dalam beberapa hari, seluruh desa mengetahui berita yang memalukan itu. Dan, orang yang menjadi korbannya merasa sakit hati dan terpukul.

Kemudian, wanita yang menyebarluaskan berita buruk tersebut mengetahui bahwa berita itu sebenarnya salah. Dia menyesal dan mendatangi orang tua yang bijak untuk meminta nasihat mengenai apa yang dapat ia lakukan untuk memperbaiki kesalahannya itu.

"Pergilah ke pasar," kata orang tua bijak itu, "dan belilah alat pembersih yang terbuat dari bulu-bulu ayam (kemoceng). Kemudian, dalam perjalanan pulang, cabuti bulu-bulunya dan buang satu per satu di sepanjang jalan. Setelah itu kembalilah kemari."

Meskipun terkejut mendengar saran tersebut, ia melakukan apa yang disarankan oleh orang bijak tersebut. Namun, ia masih belum bisa memperbaiki kesalahannya karena telah menyebarluaskan berita bohong itu kepada seluruh penduduk desa. Setelah selesai, ia kembali menemui orang bijak tersebut. Orang bijak tersebut berkata, "Sekarang pergilah dan kumpulkan semua bulu yang telah kau buang tersebut dan bawa kembali kepadaku."

Wanita itu pun menyusuri jalan yang telah dilaluinya kemarin dan berusaha mengumpulkan bulu-bulu ayam yang telah dicabutinya. Sayangnya, angin telah menerbangkan bulu-bulu tersebut ke segala penjuru sehingga mustahil untuk ia bisa mengumpulkan semuanya kembali dan ia hanya bisa mengumpulkan beberapa helai bulu. Lalu, ia kembali menemui orang bijak itu.

"Lihatlah!" kata orang bijak itu, "sangatlah mudah mencabuti bulu ayam dan melemparkannya ke mana Anda suka. Namun, sangat sulit untuk mengumpulkannya kembali. Begitu pula dengan gosip dan berita bohong. Tidak sulit untuk menyebarkan rumor, tetapi sekali terlempar, Anda tidak akan pernah secara penuh memperbaiki kesalahan Anda."

Perlu kita sadari bahwa begitu mudah untuk mengucapkan sesuatu, terkadang sangking mudahnya kita tidak berpikir apa yang akan terjadi karena perkataan kita, tapi setelah perkataan itu kita lontarkan, perkataan itu tak dapat lagi kita tarik.

Sumber : Semangkuk Mie Kuah  (Y. Rumanto)
Penerbit : OBOR
Sunting by : Vimala Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar